banner 970x250

Ketum KAMMI: Desak Polri Segera PTDH Pelaku Represif dan Ingatkan Rakyat Fokus Tuntutan Ke DPR

Avatar photo
banner 120x600
banner 468x60

Indonesiakoma.com, Jakarta –Di tengah udara panas akhir Agustus 2025, ribuan mahasiswa, buruh, dan elemen masyarakat sipil tumpah ruah di jalanan. Di depan gedung DPR, suara pekikan tuntutan terdengar keras: menolak tunjangan rumah anggota DPR yang fantastis, mencapai Rp 50 juta per bulan. Sorakan itu bukan sekadar ekspresi spontan, melainkan luapan kekecewaan yang telah lama menumpuk. Isu tersebut merupakan akumulasi dari berbagai peristiwa tentang perilaku DPR yang terus menciderai kepercayaan rakyat. Bagaimana mungkin, ketika rakyat masih berjibaku dengan harga kebutuhan pokok, biaya pendidikan, dan kesehatan, para wakil rakyat justru menambah kenyamanan hidup mereka dengan fasilitas berlebih?

Gambaran demonstrasi yang marak dari Jakarta hingga Medan menjadi potret nyata bahwa nurani rakyat sedang terusik. Di ibu kota, mahasiswa bergabung dengan buruh menyuarakan penolakan, bahkan sebagian aksi berujung ricuh setelah aparat menghalau massa. Almarhum Affan Kurniawan menjadi tragedi ironi dimana rakyat yang melakukan demonstrasi terkena efek perlakuan represif aparat. Desakan pengusutan secara tuntas kasus tersebut yang dilakukan oleh pelaku aparat penegak hukum terus bergulir. Ketua Umum Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI), Ahmad Jundi, mendesak Polri segera mengusut tuntas pelaku peristiwa tersebut dan meminta Polri untuk tidak melakukan tindakan represif terhadap para demonstran.

banner 325x300

Tak jauh berbeda dengan situasi di Medan, massa bahkan merobohkan gerbang DPRD Sumut sebagai simbol bahwa tembok ketidakadilan tidak bisa lagi dipertahankan. Sementara itu, media asing turut menyoroti, menyandingkan tunjangan Rp 50 juta DPR dengan upah minimum buruh Jakarta yang hanya sekitar Rp 5 juta. Perbandingan yang menyakitkan, sekaligus membuka mata dunia tentang betapa timpangnya kondisi di negeri ini.

READ  Semakin Banyak yang Sudah Menyaksikan Kejamnya Praktik Tumbal Pabrik dengan Plot Twist Epik, Hutang Nyawa Sukses Bikin 450.000++ Penonton Tercengang

Jundi menegaskan:
“Kami tidak menolak kesejahteraan bagi pejabat publik, tetapi yang kami tuntut adalah keadilan. Kenaikan tunjangan DPR sebesar Rp 50 juta per bulan adalah bentuk ketidakpekaan di tengah rakyat yang masih berjuang untuk hidup layak. Rakyat jangan dibiarkan terpecah dalam narasi adu domba. Persatuan adalah kunci agar suara kritis kita benar-benar didengar.”

Demonstrasi adalah tradisi demokrasi Indonesia. Dari era reformasi 1998 hingga penolakan revisi UU KPK atau omnibus law, suara rakyat di jalanan selalu menjadi alat pengingat bagi pemerintah. Namun, sejarah juga mengajarkan, gerakan rakyat bisa melemah jika terbelah oleh kepentingan politik praktis. Ada risiko besar bahwa isu kenaikan tunjangan DPR hanya dijadikan komoditas politik oleh sebagian kelompok, sehingga rakyat terjebak dalam perdebatan dangkal dan melupakan esensi perjuangan.

READ  Danlantamal I Hadiri Sertijab Pangkoarmada I Dan Pangkoarmada II

KAMMI menegaskan, perjuangan ini bukan semata soal menolak tambahan tunjangan DPR. Lebih jauh dari itu, ini adalah momentum untuk membicarakan ulang wajah politik Indonesia. Kita harus bertanya: mengapa sistem politik kita membiarkan fasilitas mewah pejabat tumbuh, sementara rakyat masih kesulitan mendapat pelayanan dasar? Mengapa setiap kali ada kebijakan yang menyangkut kepentingan elite, prosesnya begitu cepat, tetapi ketika menyangkut rakyat, selalu penuh alasan dan keterlambatan?

Jundi juga menjelaskan tentang posisi gerakan mahasiswa. Ia menuturkan, “Kami berdiri di sini bukan untuk kepentingan partai, bukan untuk kepentingan elit, tetapi untuk kepentingan rakyat Indonesia. Mari kita jaga persatuan, mari kita fokus pada isu utama. Jangan biarkan gerakan ini ditunggangi kepentingan sempit. Kita ingin DPR sadar: keadilan sosial bukan untuk segelintir orang, melainkan bagi seluruh rakyat”.

Karena itu, KAMMI mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan demonstrasi ini sebagai momentum membangun agenda perubahan yang lebih besar. Suara rakyat tidak boleh berhenti pada penolakan, melainkan harus diarahkan pada tuntutan konkret: transparansi anggaran DPR, pembatasan fasilitas pejabat publik, dan realokasi anggaran untuk sektor yang benar-benar menyentuh kebutuhan rakyat. Dengan begitu, demonstrasi bukan hanya simbol perlawanan, tetapi juga jalan menuju reformasi sistemik. (Red)

CATATAN REDAKSI

Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers.

READ  Dari Diskusi Anomali Hasil Survey dan Penyalahgunaan Kekuasaan dalam Pemilu 2024

Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: indonesiakoma01@gmail.com.
Terima kasih.
______________________

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!

pola jam hoki mahjong black scatter surabaya raih 688 juta

gates of olympus 1000 meledak 912 juta pemain medan

scatter wild emas 7 kali beruntun pemain bali 555 juta

gold bonanza ngamuk 10 putaran semarang raup 701 juta

trik putaran ganjil mahjong black scatter yogyakarta 599 juta

pola gelap olympus 1000 kakek merah palembang 834 juta

25 spin gold bonanza scatter bombardir makassar 645 juta

mahjong black scatter mode sultan menang 750 juta malang

scatter emas turun terus bandung barat dapat 489 juta

gates of olympus 1000 petir merah strategi lampung 950 juta